Gatot instan

PROPOSAL USAHA MAKANAN TRADISIONAL “GATOT  instan
Image
I. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan berbagai kuliner makanan dari Sabang sampai Merauke. Makanan yang disuguhkan dari berbagai daerah mempunyai rasa, ciri yang khas, terkadang makanan tersebut mempunyai suatu kemiripan tersendiri. Nama masakan dari berbagai daerah berbeda, tetapi ada yang mempunyai kesamaan bahan.
        Makanan yang dimasak yang menjadi ciri khas daerah biasa dikenal dengan makanan tradisional. Makanan tradisional yang dikenal di daerah tertentu diolah dengan cara sendiri, mudah, murah, alatnya pun bisa dikatakan sangat sederhana. Bahan baku dari makanan tradisional yang diolah sendiri didapat dari daerah sekitar misalnya, singkong, ubi ungu, sorgum, jagung, beras ketan, dan masih banyak lagi. Resep makanannya pun diolah dengan resep khas daerah masing – masing. Makanan tradisional yang menjadi andalan daerahnya masing – masing ini mempunyai nama masakan yang lucu, bisa dikatakan aneh jika orang baru mendengarnya. Dari keanehan dan kelucuan nama masakan tersebut, orang menjadi penasaran untuk mencicipi makanan tersebut.
Makanan tradisonal yang bernuansa sederhana biasanya dimakan sebagai makanan pokok. Beberapa makanan tradisional hanya menjadi ciri khas saja. Tidak diragukan bila makanan tradisional ini juga mengandung gizi didalamnya. Sekarang ini, di era modernisasi makanan tradisional bisa dikatakan telah tersingkirkan oleh makanan gaya sekarang. Misalnya, burger, spaghetti, fried chicken, dan masih banyak lagi.
Masyarakat kadang berpendapat bahwa makanan tradisional tidak ada gizinya. Makanan tradisonal tidak menarik, hanya sebagai makanan khas saja. Padahal, semua makanan itu mengandung gizi tetapi tidak semua zat – zat gizi bisa terpenuhi dalam makanan tersebut.
2. DASAR PEMIKIRAN
     Gatot merupakan makanan tradisional khas Gunung Kidul, Yogyakarta. Sebutan gatot, nampaknya sangat lucu jika orang lain baru saja mendengar. Gatot terbuat dari singkong. Singkong direbus kemudian dijemur, tidak sampai benar – benar kering. Namun, ada saja yang membiarkan singkong tersebut berubah warna sampai kehitaman. Singkong yang berubah menjadi kehitaman tersebut, dibersihkan. Lalu dicampurkan dengan kelapa parut dan ditambahkan dengan gula jawa. Kemudian dikukus sampai matang. Seperti itulah uraian singkat tentang pembuatan gatot.
Sebagian besar masyarakat di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta, mengkonsumsi gatot sebagai makanan pokok. Daerah yang notabenenya di daerah gunung, sehingga beras pun sangat mahal dan bias dikatakan sulit dijangkau, penduduk disana menggunakan singkong yang kemudian diolah menjadi gatot. Pengolahan gatot tersebut tak lepas dari fermentasi singkong sehingga berwarna kehitaman.
Makanan olahan singkong yang menjadi ciri khas di daerah Gunung Kidul ini tidak hanya digemari oleh masyarakat local saja, namun turis mancanegara pun tertarik untuk mencicipi gatot. Makanan tradisional ini mampu menarik para wisatawan yang berkunjung di Yogyakarta, khususnya Gunung Kidul.
Di era globalisasi seperti sekarang ini, dengan perkembangan berbagai teknologi industri maupun kedokteran yang telah mengalami kemajuan, ternyata gatot sebagai salah satu peninggalan kuliner dari masa ke masa dan maha karya tradisional nusantara masih bisa bertahan dalam keterhimpitan makanan – makanan yang lebih menarik hati dan selera masyarakat sekarang. Ditambah lagi dengan realita yang ada di kehidupan saat ini, terutama para remaja dan dewasa mulai agak mengesampingkan makanan tradisional terutama gatot.
Kita sebagai masyarakat yang dapat menghargai makanan yang dibuat dari warisan leluhur, dengan menlestarikan makanan tradisional khususnya gatot yang semakin lama semakin meredup di kuliner nusantara ini. Dari hal yang paling kecil misalnya, menjadikannya sebagai makanan camilan yang sehat, kaya akan serat. Dengan cara seperti ini saja dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap gatot sebagai eksistensi makanan tradisional.
Gatot merupakan makanan yang diketahui mempunyai kandungan asam amino tinggi. Karena keberadaan kapang memproduksi asam amino dari bahan pati singkong. Pengolahan gatot dengan fermentasi inilah sehingga dari bakteri – yang ditumbuhkan menghasilkan protein yang tinggi.
Gatot merupakan bahan pangan dengan kandungan serat yang tinggi. Di dalam 100 gram gatot terkandung sekitar 4,2 gram serat pangan. Serat pangan yang cukup tinggi inilah, kita mampu mempertahankan eksistensi gatot sebagai makanan yang tinggi serat. Kita kembalikan lagi dengan fungsi serat bagi tubuh, bahwa serat mampu menyerap kolesterol yang terdapat pada tubuh, serat dapat mengikat kolesterol dan mengeluarkannya ke luar tubuh.
II. Visi
Menjadikan  Gatot sebagai makanan tradisonal khas Indonesia yang mampu menembus pasaran dunia.

III. Misi

–          Memasarkan Gatot di pasar tradisional maupun pasar modern
–          Mendirikan usaha wisata kuliner makanan khas Indonesia

IV. Analisa Peluang Usaha
Setiap kegiatan untuk memulai usaha, maka hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah mengukur kemampuan terhadap lingkungan atau pesaing, yaitu melalui analisis SWOT:
1. Strenght (Kekuatan)
    Kekuatan dari produk ini adalah:
    – Menjual produk untuk semua kalangan masyarakat
   –  Makanan Tradisional yang patut dilestarikan

2. Weakness (Kelemahan)
    Kelemahan dari produk ini adalah:
    – kurang diminati oleh kalangan muda

3. Opportunity (Peluang)
    – jual online
    – dipasarkan kepada orang-orang tua

4. Threath (Ancaman)
    – Adanya pesaing yang menjual produk dengan harga yang lebih murah

V. Marketing Mix
1.  Product (Produk)
Produk yang dijual adalah “gatot instan” yang merupakan makanan tradisional pengganti nasi
2. Price (Harga)
Harga perbungkus 400gr Rp 12.500 karena harga ini sangat terjangkau dan relatif murah
3. Promotion (Promosi)
Dalam melakukan promosi produk ini dengan cara online dan ditawarkan kepada para orang tua.
4. Place (Tempat)
karena cara penjualan dengan cara online maka tidak ada tempat khusus untuk menjualnya.

VII.  Perhitungan Modal dan Harga Jual
1.    Modal :
– produk/satuan            Rp 6.000 x 30Bks          Rp 180.000
– ongkos kirim 200/bks =     30x Rp 200              Rp 6000
—————–  Rp 186.000

2.    Harga Jual
–    Harga Jual:                     Rp 12.500 x 30bks = Rp 375.000
Harga Pokok Produk per unit:
Harga beli bahan baku                  Rp  6.000 x 30Bks
Ongkos kirim  Rp200 Rp200 x 30         Rp 6000
 Jumlah Hpp:                          Rp 186.000

VIII. Perhitungan Rugi Laba
Pendapatan dari penjualan                Rp.  375.000
Harga Pokok Penjualan                Rp.  186.000
Laba Kotor                        Rp.  189.000

    Biaya penjualan:
 
    Biaya transportasi                     RP   30.000
    Biaya lainnya                          Rp   10.000
                                               —————
                                              Rp 40.000

    Laba bersih                              Rp   149.000

    Perhitungan margin keuntungan =

    Rp   149.000
    —————- x 100% = 39.7%
    Rp 375.000

IX. Analisis Keuntungan :
      
       Pendapatan per bulan :
              Omzet Rp. 375.000 x 30 hari     =         Rp. 11.250.000
              Laba kotor per bulan 189.000 x 30     =         Rp.   5.670.000

       Keuntungan bersih per bulan :
             (Rp.189.000 – Rp. 40.000) x 30 =        Rp.   4.470.000

X. Kesimpulan
Kesimpulan bahwa agar produk yang kita pasarkan dapat diterima oleh semua kalangan, baik dalam negeri maupun luar negeri maka kita harus :
–    Membuat produk yang bermanfaat, berkualitas dan laku dijual dengan harga bersaing;
–    Membuat desain yang baru dan harga terjangkau;
–    Membuat produk lebih cepat dan lebih murah;
–    Memilih dan menentukan wilayah pemasaran yang menguntungkan.
 

Leave a comment